Kamis, 27 September 2012

KECAMATAN WOYLA BARAT
1. MAKAM TGK. DI KARAK
Sudarman Alwy
Rumah/Bale lama tempat Tgk. Karak Mengajar Ngaji


Tengku di Karak merupakan sebutan khas masyarakat Aceh yang berhubungan dengan tempat tinggal seseorang atau asal seseorang dan cenderung di pakai di lingkungan dayah-dayah atau pesantren yang ada di Aceh. Demikian juga nama Tengku di Karak ini merupakan penisbatan terhadap seorang ulama yang menyebarkan Islam pada masa colonial dulunya yang bertempat tinggal dan menetap di Gampong Karak Kecamatan Woyla Barat dengan mendirikan pondok pengajian sederhana di lingkungan tempat tinggalnya.

Rabu, 26 September 2012

KECAMATAN WOYLA
2. MAKAM PEMBANTAIAN TGK KAMA

Sudarman Alwy
Salah satu pilar yg ada lokasi makam
Makam Belanda ini terletak tidak terlalu jauh dari kawasan tangsi pemandian Jepang. Penamaan ini diberikan oleh masyarakat di sekitar makam walau ada sebagian makam yang ada di situ adalah orang local namun meski tidak ada kejelasan mengenai orang local ini secara rinci. Beberapa orang menyebutkan bahwa orang local tersebut merupakan tentara yang di rekrut oleh pasukan Belanda untuk memperkuat pasukan perang mereka, kebanyakan mereka di datangkan dari luar Aceh. Sebagian ada yang dari tanah Jawa, padang, sulawesi dan lain-lain.
KECAMATAN PANTON REU
5. MAKAM BATEI  MEURAXA RAJA MUKOE
Sudarman Alwy
Raja Mukoe memiliki nama Teuku Sulaiman. Selain sebagai raja, beliau juga di kenal dengan keislaman yang taat dan di yakini juga memiliki karamah.
Raja Mukoe ini juga di kenal dengan Raja Bako yang berarrti badung/bandel.
Sampai sekarang tidak berhasil ditemukan satu literatur mengenai tanggal persis kapan mangkatnya beliau. Tidak ada satupun sarakata yang dapat menggambarkan secara jelas sosok dari raja satu ini, namun yang pasti beliau juga merupakan sosok raja yang sangat di segani oleh raja-raja lain saat itu termasuk raja Aceh di Kuta Raja.
KECAMATAN PANTON REU
4. MAKAM KE-III TEUKU UMAR JOHAN PAHLAWAN

Makam ketiga Teuku Umar di Gunong Manyeu Kecamatan Panton Rheu setelah dipindahkan dari Pasie Meugat Kecamatan Kaway XVI. Ada riwayat yang mengatakan bahwa Teuku dimakamkan di sini selama 8 bulan sebelum dipindahkan ke Meugoe makam sekarang.
KECAMATAN PANTON REU 
3. PINTO KUTA (PINTU BENTENG) CUT NYAK DHIEN


Pinto Kuta Cut Nyak Dhien merupakan salah satu pusaka peninggalan sejarah perjuangan Aceh dalam melawan Pemerintahan colonial Hindia Belanda yang berada di Gampong Babah Krueng Manggi Kecamatan Panton Reu.
Pinto Kuta ini merupakan bukti sejarah yang dulunya pernah di pakai sebagai pintu gerbang benteng pertahanan pasukan Aceh di bawah komando Cut Nyak Dhien. Pinto Kuta ini terbuat dari kerak kayu Simantok yang sudah sangat tua dan sudah terkubur lama di dalam tanah sehingga memiliki kekuatan dan daya tahan yang sangat kuat. 
KECAMATAN PANTON REU
2. AL QUR-AN PANTON REU (+ 700 TH)

Al Qur-an Panton Reu atau Al Qur-an Wangi yang diyakini merupakan Al Qur-an pertama yang datang ke tanah air yang di bawa oleh Syeh Maulana Malik Ibrahim sekaligus juga merupakan ayahanda dari Sunan Ampel yang terkenal di Tanah Jawa saat melaksanakan penyebaran Islam di sana.
Al Qur-an Panton Reu ini di perkirakan sudah berusia sekitar 700 tahun. Keberadaan Al Qur-an Panton Rheu ini di bawa oleh anak Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang bernama Abdussamad saudara kandung dari Malikussaleh yang dimakamkan di Lhokseumawe.

Senin, 24 September 2012

KECAMATAN WOYLA
1. TANGSI JEPANG

 Tangsi pemandian / Tangsi Jepang (sebutan masyarakat) ini terletak di pinggir sungai Woyla yang merupakan akses utama untuk keluar masuk benteng pertahanan Belanda pada masa perang Aceh berlangsung. Di daerah sekitar kawasan Keude Kuala Bhee ini masih ditemukan beberapa situs sejarah yang berhubungan dengan peperangan Aceh dulunya seperti Tangsi pemandian, Pondasi Bangunan (semacam pondasi rumah yang sangat luas) juga makam Belanda yang menurut cerita masyarakat adalah makam kumpulan korban pembantaian oleh Tengku Kama (panggilan masyarakat). --> lihat Makam Pembantaian Belanda

Minggu, 16 September 2012

KECAMATAN ARONGAN LAMBALEK 
1. GUCI MEU IDONG KEUB
Guci Meu Idong yang berada di pelataran mesjid Gampong Keub dengan kondisi sudah di cor hampir setengah badan oleh masyarakat gampong tersebut dengan keyakinan bahwa guci tersebut dapat berpindah tempat dengan sendirinya alias hidup.
Masyarakat percaya bahwa guci tersebut sebenarnya berjumlah dua alias satu pasang (jantan dan betina). Sehingga bila tidak dilakukan pengecoran atau di ikat akan kembali berpindah tempat dan bergabung kembali dengan pasangannya.
Beberapa cerita dari masyarakat bahwa dulunya sebelum guci tersebut di cor di pelataran mesjid ini, masyarakat sering mendengan bunyi kegaduhan pada waktu-waktu tertentu yang di keluarkan oleh sepasang guci saat mereka saling beradu. Masyarakat tidak tau persis apakah guci yang beradu tersebut karena persaingan (tarung) atau memang hanya sebatas kebiasaan saat pertemuan antara dua sejoli yang sedang bermesraan. 

Sabtu, 15 September 2012

KECAMATAN PANTON REU 
1. MAKAM TEUKU UMAR JOHAN PAHLAWAN watch?v=nxlRccjQzTU&t=602s
 

Makam/Kuburan Pahlawan Nasional Republik Indonesia Teuku Umar Johan Pahlawan yang berasal dari Aceh Gugur tertembak oleh pasukan Belanda di Suak Ujong Kalak Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 11 Februari 1899. 
Peluru emas yang dimuntahkan oleh senapan Belanda tepat mengenai sang pejuang dan jatuh tersungkur akibat dari buah pengkhianatan teman.
Makam Meugoe Rayeuk ini merupakan makam terakhir atau makam ke-IV dari Teuku Umar. Perjalanan jasad sang Pahlawan dari tempat tertembaknya di Suak Ujong Kalak Meulaboh hingga ke makam terakhir ini memakan waktu hingga lebih satu tahun. Sebelum jasad sampai ke makam terakhir terlebih dahulu dimakamkan di beberapa titik lainnya yang meliputi: Makam III di puncak Gunong Trueng Ijo Kuala Manyeu, Makam II di pinggir sungai Pasie Meugat, Makam I Dusun Kubah Pahlawan Pucok Lueng Suak Raya.